Nusantara Indonesia

Friday, November 2, 2018

Suku unik di Indonesia, ASMAT Papua

Suku ASMAT


Sejarah Suku Asmat

Suku Asmat meyakini bahwa mereka berasal dari keturunan dewa Fumeripitsy yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Menurut keyakinan mereka, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.

Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Sehingga terjadi perkelahian yang akhirnya ia dapat membunuh buaya tersebut, tetapi ia sendiri luka parah. Ia kemudian terbawa arus dan terdampar di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patung yang sangat indah serta membuat sebuah genderang, yang sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat.

Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat juga memiliki ritual atau acara-acara khusus, yaitu sebagai berikut  :
1. Kehamilan
selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik supaya dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2. Kelahiran
Tidak lama sesudah kelahiran bayi dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang memakai Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3. Pernikahan
Pernikahan berlaku bagi suku Asmat yang sudah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki sesudah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, jika ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya meskipun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
4. Kematian
Bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

Bahasa Suku Asmat

Pada masyarakat Asmat terdapat bahasa-bahasa yang oleh para ahli lingustik disebut kelompok bahasa Language Of The Southern Division yakni bahasa-bahasa bagian selatan Papua. Penggolongan bahasa tersebut telah dipelajari oleh C. L. Voorhoeve (1965) dan masuk pada golongan filum bahasa-bahasa Papua Non-Melanesia. Bahasa-bahasa tersebut digolongkan lagi berdasarkan wilayah orang Asmat yakni orang Asmat wilayah pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai.
Secara khusus, para ahli linguistik membagi bahasa-bahasa tersebut yakni pembagian bahasa Asmat hilir sungai menjadi bagian kelompok pantai barat laut atau pantai Flamingo seperti bahasa Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub dan bagian kelompok Pantai Barat daya atau Kasuarina seperti misal bahasa Batia dan Sapan. Pembagian bahasa Asmat hulu sungai menjadi bagian kelompok Keenok dan Kaimok.
Untuk mengetahui bahasa masyarakat Asmat bisa dilakukan dengan cara mengidentifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga, dan subkeluarga. Selain itu, upaya untuk mengidentifikasi bahasa masyarakat Asmat bisa dilakukan dengan cara melihat aspek fonetik, fonologi, sintaksis, morfologi dan semantik bahsa Asmat.

Pakaian Suku Asmat

Selain terkenal dengan seni ukirnya, Suku Asmat juga mempunyai pakaian tradisional yang khas. Seluruh bahan untuk membuat pakaian tersebut berasal dari alam. Tidak salah bila menganggap pakaian Suku Asmat adalah representasi kedekatan mereka dengan alam raya.

Secara umum, pakaian adat pria dan perempuan Papua hampir sama, hanya memakai sebuah bawahan seperti androk yang terbuat dari rajutan daun sagu yang dibuat rapih menyerupai anderok atau rok dan dipakai sebagai bawahan.
Pada bagian kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan pada sisi bagian atasnya dipenuhi bulu burung kasuari.
Suku Asmat memkai pakaian adat Rumbai-Rumbai, hanya untuk menutupi bagian tertentu. Rumbai-Rumbai dibuat dari daun sagu.

Kesenian Suku Asmat

1. Ukiran Kayu atau Patung

Suku Asmat juga sangat mahir dalam membuat ukiran kayu atau patung. Meskipun ukirannya tak terpola dengan jelas, tapi setiap ukiran menggambarkan kebesaran suku Asmat dan penghargaan yang besar kepada nenek moyang mereka. Secara kasat mata, ukiran mereka bisa berbentuk perisai (dalam bahasa Asmat disebut Gembes), manusia, atau perahu.

Seni ukir suku Asmat ini amat populer hingga mancanegara. Banyak wisatawan yang mengagumi kesenian suku Asmat ini. Suku Asmat mengerti bahwa ukiran mereka mempunyai nilai jual yang tinggi. Maka dari itu, banyak hasil ukirannya mereka jual. Biasanya kisaran harganya dari mulai seratus ribu sampai dengan jutaan rupiah.
2. Tari Tobe



Siapa yang tak tahu Tifa? Itulah alat musik tradisional suku Asmat. Bentuknya bulat memanjang mirip seperti gendang. Di permukaan tifa terdapat ukiran, menggambarkan lambang yang diambil dari patung Bis. Patung Bis merupakan patung yang dianggap sakral oleh suku Asmat. Tifa ini biasa dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional suku Asmat, yakni Tari Tobe atau yang disebut dengan Tari Perang.
Tari Tobe sering dimainkan saat ada upacara adat. Tarian ini dilakukan oleh 16 orang penari laki-laki dan 2 orang penari perempuan. Dengan gerakan yang melompat atau meloncat diiringi irama tifa dan lantunan lagu-lagu yang mengentak, membuat tarian ini terlihat sangat bersemangat. Tarian ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat para prajurit untuk pergi ke medan perang.
3. Seni Musik



Orang Asmat mempunyai alat musik khusus yang biasa dipakai dalam upacara penting. Alat musik yang biasa dipakai oleh orang Asmat adalah ti’a yang terbuat dari selonor batang kayu yang dilobangi. bentuknya bulat memang mirip seperti gendang. Pahatan ti’a berbentuk pola leluhur atau binatang yangdikeramatkan. permukaan ti’a terdapat ukiran, menggambarkan lambang yang diambil dari patung bis. Patung bis adalah patung yang dianggap sakral oleh suku Asmat. Patung bis menggambarkan rupa dari anggota keluarga yang telah meninggal. Pada bagian atas dibungkus dengan kulit kadal dan kulit tersebut diikat dengan rotan yang tahan api. Ti’a biasanya diberi nama sesuai dengan orang yang telah meninggal. Ti’a ini biasa diukir dan dipahat oleh setempat. Ti’a ini biasa dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional suku Asmat, yaitu Tari Tobe atau yang disebut dengan Tari Perang

Rumah Adat Suku Asmat

Ada 2 macam rumah adat suku asmat yang mempunyai fungsi dan peran masing-masing dalam kaitannya memelihara kebudayaan suku asmat tersebut, yaitu:
1. Jew



Suku asmat mempunyai rumah adat yang bernama jew atau sering disebut dengan rumah bujang.Rumah adat jew ini berbentuk rumah panggung dengan luas umumnya 10-15 meter namun ada juga yang panjangnya sampai 50 meter dengan lebar belasan meter. Rumah jew ini mempunyai posisi yang istimewa dalam struktur masyarakat suku asmat,karena di bangun demi kepentingan khusus saat melakukan kegiatan yang bersifat tradisional atau menurut ketentuan adat.
Rumah jew ini sebagai tempat dibicarakannya atau didiskusikannya segala urusan yang menyangkut kehidupan warga.Mulai dari rapat adat,tempat membuat kerajinan tangan dan ukiran kayu,tempat perencaan perang,hingga keputusan menyangkut desa mereka sekaligus tempat tinggalnya para laki-laki bujang suku asmat sehingga dikenal dengan rumah bujang oleh masyarakat setempat.
Disamping itu rumah bujang ini berfungsi sebagai rumah keramat dan untuk upacara keagamaan serta merupakan tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat suku asmat. Sehingga ada beberapa aturan adat yang harus dipelajari dan dipahami masyarakat asmat termasuk dalam syarat pembangunannya.
Rumah adat ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat senjata suku asmat seperti tombak,panah untuk berburu,noken yaitu tas yang terbuat dari anyaman serat tumbuhan.Konon tidak sembarang orang diperbolehkan untuk menyentuh noken yang disimpan dalam rumah jew ini.Karena noken dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan syarat dan aturan tertentu. Ada beberapa hal yang menyangkut tentang rumah jew adat suku asmat ini,yaitu:
  • Terbuat dari kayu yang selalu didirikan menghadap kearah sungai.
  • Umumnya memiliki luas 10×15 meter.
  • Tiang penyangganya memakai kayu besi yang kemudian diukir dengan seni ukir asmat.
  • Atap rumah terbuat dari daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam.
  • Tidak memakai paku dalam pembangunannya tapi memakai tali dari rotan atau akar tumbuhan.
2. Tysem



Rumah tysem juga di sebut rumah keluarga,karena rumah ini berfungsi untuk tempat tinggal mereka yang sudah berkeluarga.Biasanya terdapat 2 sampai 3 pasang keluarga yang menghuni tysem yakni terdiri dari 1 keluarga inti senior dan 2 sampai 3 keluarga yunior.Jumlah anggota keluarga inti masyarakat asmat biasanya terdiri dari 4 sampai 5 atau 8 sampai 10 orang.
Rumah adat tysem ini diletakan disekeliling rumah adat jew karena ukurannya yang lebih kecil yaitu 3x4x4 meter.Rumah tysem mempunyai kesamaan dengan rumah jew yakni berbentuk rumah panggung dan dalam proses pembuatannya dengan tidak memakai materi bangunan berupa paku karena bahan-bahan yang dipakai yaitu bahan alami yang terdapat dihutan.


                     



                  alamraya-street.blogspot.com

Tato Mentawai, Tato tertua berasal dari indonesia

Tattoo Mentawai,
Borneo,
Indonesia





 Istilah “Tattoo” diambil dari kata “Tatau” dalam bahasa Tahiti. Tato pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun1769. Menurut beberapa peneliti, tato yang tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke 20 BC. Namun, seni lukis tubuh ini ditemukan di hampir semua bagian dunia dengan berbagai desain dan pola.
Tato Mesir, yang diperkirakan tato tertua ditemukan pada 1300 SM sedangkan Mentawai sudah menato tubuh mereka sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera pada Zaman Logam, 1500 SM – 500 SM. Mereka bangsa Proto-Melayu yang berasal dari daratan Asia (Indocina).
Menurut para peneliti “tato” di Indonesia, Tattoo Mentawai adalah yang tertua di dunia yang dikenal sebagai Titi. Bagi masyarakat Mentawai, tato merupakan roh kehidupan. Salah satu posisi tato adalah untuk menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial atau profesi. Sebagai contoh, tato  Sikerei (sebutan untuk dukun Mentawai) berbeda dengan tato pemburu. Pemburu dikenal dengan gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, monyet, burung, atau buaya. Sedangkan Sikerei diketahui dari tato bintang “Sibalu-balu” di tubuh mereka.
Berdasarkan tradisi Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam tradisi orang Mentawai, objek seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di tubuh mereka. Mereka menganggap semua hal memiliki jiwa. Fungsi lain dari tato adalah seni, orang Mentawai menato tubuh mereka sesuai dengan kreativitasnya.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, yang disebut Arat Sabulungan. Istilah ini berasal dari kata “sa” (koleksi), dan “bulung” (daun). Kumpulan daun yang disusun dalam sebuah lingkaran yang terbuat dari kelapa atau pucuk pohon sagu, yang diyakini memiliki kekuatan magis yang disebut “Kere” atau “Ketse”. Ini digunakan sebagai media untuk pemujaan terhadap “Tai Kabagat Koat” (Dewa Laut), “Tai Ka-leleu” (Dewa hutan dan gunung), dan “Tai Ka Manua” (Dewa awan).
“Arat Sabulungan” digunakan dalam setiap upacara, kelahiran, pernikahan, pengobatan, pindah rumah, dan tato. Ketika anak laki-laki memasuki masa pubertas, usia 11-12 tahun, tetua yang disebut Sikerei dan Rimata (kepala suku) akan bernegosiasi untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan tato.

Menato ala Mentawai
Setelah itu, dipilihlah “Sipatiti” (artis tato). Sipatiti tidak didasarkan pada penunjukan jabatan publik, seperti dukun atau kepala suku, tetapi profesi laki-laki. Keahlian Sipatiti itu harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum tato dilakukan, diatur Upacara pertama dipimpin oleh Sikerei di Puturukat (galeri milik sipatiti).
Tubuh anak laki-laki yang akan tato digambar dengan tongkat. Sketsa pada tubuh kemudian ditusuk dengan jarum kayu. Tubuh anak dipukul perlahan-lahan dengan tongkat kayu untuk memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang digunakan adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa (Ady Rosa-Peneliti Tattoo).



Sumber: MoreIndonesia, larskrutak

10 Seni dan Budaya Indonesia yang terkenal di dunia

Seni dan Budaya Indonesia

  Indonesia dikenal sebagai negara yang begitu kaya. Betapa tidak, negara kita dikenal memiliki pulau yang paling banyak, jumlah penduduk yang cukup padat, budaya yang beragam, dan berbagai keunikan lain seperti peninggalan yang masih terjaga hingga saat ini. Indonesia kerap memukau negara lain karena beragam hal yang dimilikinya dan beragam hal tersebut tidak membuat Indonesia terpecah belah, justru semakin erat. Inilah yang kerap menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Nah, kira-kira apa saja yang menarik bagi wisatawan internasional untuk berkunjung ke Indonesia sih? Mungkin 10 budaya Indonesia yang mendunia ini bisa jadi menjawab pertanyaan di atas mengenai apa yang khas dari Indonesia yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Apa saja budaya tersebut? Yuk kita simak ulasan singkatnya.
10Wayang


  Wayang dikenal sejak zaman prasejarah, sekitar 1500 SM. Ketika itu, Indonesia yang belum menjadi negara kesatuan seperti saat ini masih memeluk animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003. Ada berbagai macam versi dan bentuk wayang, mulai dari wayang kulit yang berbahan dasar kulit sapi yang telah dijemur, dipotong, dan diberi warna, kemudian wayang golek yang berbahan dasar kayu. Ada pula wayang orang yang dimainkan secara langsung oleh orang yang mengenakan kostum sesuai dengan karakter yang dibawakan. Cerita yang dibawakan berkisah tentang dewa dewi, persilatan, percintaan, dan kepahlawanan.
Pertunjukan wayang selalu diiringi dengan musik gamelan. Sang dalang harus lihai dalam memainkan wayang, karena kemampuan dalang akan menambah daya tarik dalam pertunjukan wayang. Mulai dari serunya suasana ketika peperangan terjadi hingga gelak tawa yang timbul ketika adegan lucu, semua harus dikuasai dengan baik oleh dalang.

9Angklung


  Angklung adalah alat musik bernada ganda yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat. Angklung selama ini dikenal sebagai alat musik khas daerah Jawa Barat. Menggunakan bahan dasar bambu, angklung dimainkan dengan cara digetarkan sehingga benturan antara pipa bambu dengan tiangnya akan menghasilkan bunyi tertentu. Ada 2 laras (titi nada) dalam angklung, yakni laras slendro dan pelog.
Pada awalnya, Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri supaya turun ke Bumi, sehingga tanaman padi dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, angklung juga dikenal masyarakat sebagai penggugah semangat rakyat ketika bertempur pada masa peperangan di tanah air. Itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda pada masa itu sempat melarang penggunaan angklung. Angklung telah mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya.

8Keris


  Keris merupakan senjata tradisional asli Indonesia yang diyakini mengandung kekuatan supranatural. Raja-raja di Nusantara pada zaman dahulu menjadikan keris sebagai senjata pusaka. Keris telah digunakan sejak abad ke-9 dan dibuat oleh para pengrajin yang disebut mpu. Bilah pisau pada keris dibuat dari campuran beberapa logam, sementara gagangnya dibuat dari tulang, tanduk, atau kayu.
Pada zaman dahulu, logam pembuat keris diambil dari meteor yang jatuh ke bumi. Para peneliti sempat menyebutkan bahwa keris kuno mengandung unsur titanium, yakni suatu bahan yang baru digunakan pada abad 20 sebagai pelapis kendaraan luar angkasa. Akan tetapi, para mpu ternyata telah terlebih dahulu menggunakan bahan tersebut sebagai bahan pembuat keris.

7Batik



  Setiap orang Indonesia pasti mengenal batik, baik yang tradisional maupun yang telah diciptakan kembali dengan corak modern. Batik dihasilkan dengan cara menuliskan lilin panas ke atas kain dengan menggunakan canting. Batik biasanya digambar di atas kain katun atau kain sutera. Kain batik telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga hari ini dengan berbagai macam motif dan kreasi.
Menurut Prof. Yohanes Surya, Ph.D., ahli fisika asal Indonesia, corak yang terdapat dalam kain batik adalah lukisan tentang alam dan dinamikanya. Berbeda dengan para pelukis dengan media kanvas yang melukis suasana alam seperti yang dilihatnya, para pelukis batik melukis keadaan alam dari sudut pandang yang lebih dalam. Para pelukis batik mencari pola dasar dari suatu fenomena yang dilihatnya, kemudian menambahkannya dengan beberapa aturan sederhana. Atas dasar itulah, perlu suatu kejeniusan untuk melihat pola dasar yang ada di alam dan mencari aturan tersebut.

6Tari Saman

  Tari Saman telah berhasil menjadi ikon kebanggaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Tarian tersebut telah mendunia, karena didukung pula oleh keputusan UNESCO yang menyatakan Tari Saman sebagai warisan budaya. Tarian yang berasal dari Suku Gayo Aceh Tenggara ini sering ditampilkan pada festival dan pertunjukan kesenian di penjuru dunia. Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat. Syair yang digunakan dalam Tari Saman menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Gayo.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa Tari Saman diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo. Tari Saman termasuk salah satu tarian yang unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan anggota tubuh bagian atas. Tari ini diakui dan masuk ke dalam daftar warisan budaya oleh UNESCO sebagai warisan budaya bukan benda.

5Tari Kecak


  Tari Kecak biasanya disebut sebagai Tari “Cak” atau tari api. Tari Kecak merupakan tari pertunjukan massal atau tari hiburan dan cenderung dibawakan sebagai sendratari, yaitu seni tari yang melibatkan drama. Tari Kecak digolongkan ke dalam kelompok sendratari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari cerita pewayangan seperti Rama dan Sinta, dan tidak digunakan secara khusus digunakan untuk ritual dalam agama Hindu seperti pemujaan dan upacara lainnya. Dalam tari ini, bentuk sakral biasanya ditunjukkan dalam hal kekebalan fisik sehingga para penari tidak terbakar oleh api. Jika tarian dari Bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring, Tari Kecak hanya memadukan suara mulut dan teriakan yang berbunyi, “cak cak ke cak cak ke”, sehingga tari ini dikenal sebagai Tari Kecak.

4Reog Ponorogo


  Reog adalah sebuah pertunjukan yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut, dan Kota Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang sebenarnya. Gerbang Kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil ketika pertunjukan reog dibawakan. Reog adalah salah satu kebudayaan di Indonesia yang masih kental dengan hal-hal berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Reog modern biasanya ditampilkan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar nasional. Jika berhubungan dengan pernikahan, adegan yang ditampilkan adalah adegan percintaan, sementara untuk khitanan, kisah yang diambil berasal dari cerita pendekar.
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Dalam pementasan reog, selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan), terkadang ada interaksi dengan penonton. Seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya. Adegan yang paling dinanti oleh penonton adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Untuk dapat membawa topeng ini dengan kuat, selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

3Tari Pendet


  Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak dipertunjukkan di pura. Tari Pendet melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke dunia. Perkembangan tari ini sangat pesat, sehingga para seniman Bali menggubah Tari Pendet yang semula menjadi tari penyambutan terhadap para dewa, menjadi tari ‘ucapan selamat datang’ dan tetap mempertahankan nilai religius yang dikandungnya. Pencipta Tari Pendet versi modern adalah I Wayan Rindi. Tidak seperti tari lain yang memerlukan pelatihan intensif, setiap orang dapat menarikan Tari Pendet, baik pemangku pria ataupun wanita yang sudah dewasa maupun yang masih gadis.

2Lagu Rasa Sayange

Lagu Rasa Sayange berasal dari daerah Maluku. Lagu tersebut selalu dinyanyikan secara turun temurun sebagai pengungkapan rasa sayang terhadap lingkungan dan persaudaraan di antara masyarakat Maluku. Jika didengarkan dan diperhatikan secara seksama, lagu ini seperti sajak atau pantun yang bersahutan. Lagu ini diawali dengan ‘Rasa sayange’ dan diakhiri dengan kalimat, ‘kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi’.

1Lagu Jali-jali

Oleh beberapa kelompok, lagu Jali-jali diyakini lahir, dikembangkan, dan dipopulerkan oleh kaum Cina Peranakan di daerah Jakarta melalui musik tradisional mereka yakni gambang kromong. Hal tersebut ditanggapi secara berbeda oleh masyarakat Betawi asli yang menganggap bahwa lagu ini lahir dari masyarakat Betawi. Jali-jali adalah sejenis tanaman perdu yang selalu ada di pekarangan rumah orang Betawi. Sejak masa kanak-kanak, orang Betawi sudah akrab dengan buah jali-jali. Mereka kerap menjadikan buahnya sebagai peluru di senapan mainan yang dibuat dari bilah bambu dan karet gelang.

Itulah sepuluh budaya Indonesia yang mendunia dan mempesona wisatawan internasional hingga berhasil memikat mereka untuk mengunjungi negeri yang kaya ini. Sebagai orang Indonesia, bukankah sepatutnya kita berbangga dan turut mempertahankan kekayaan kita?


Kunjungi juga :